BAB I
PENDAHULUAN
Agama
Hindu (Bahasa
Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi"), dan Vaidika-Dharma
("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak
benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang
merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul
antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang
masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga
terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak
hampir 1 milyar jiwa. Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua
India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah
tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa
keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan
juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia
adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok,
Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap). Secara
etimilogi dalam
bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).
Dalam Regweda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu
(wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu
sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu
yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci
dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat
yang hidup di wilayah sungai Sindhu.
Pengaruh India diindikasikan mulai
menyebar di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia antara abad II hingga III
Masehi. Penyebaran ini diperkirakan melalui perdagangan laut. Kurun waktu
tersebut bersamaan dengan dikenalnya teknologi transportasi laut, akibatnya
pengaruh India mulai menyebar di wilayah persinggahannya yang kemudian menjadi
dasar pokok dalam pendirian kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah Asia
Tenggara. Pengaruh India yang berupa ajaran agama Hindu-Budha masuk ke wilayah
Indonesia bagian barat diperkirakan dibawa oleh guru-guru agama atau penduduk
asli yang kembali ke negeri aslanya setelah lama bermukim di India. Para guru
agama dan kaum terpelajar tersebut diperkirakan sebagai orang-orang yang
mengenalkan Bahasa Sanskerta ke dalam rumpun Bahasa Austronesia yang termasuk
di dalamnya Bahasa Jawa Kuna. Rumpun Bahasa Austronesia yang juga disebut
sebagai Melayu Polinesia mencakup bahasa-bahasa di wilayah Indonesia, Melanesia
dan Polinesia. Penutur bahasa-bahasa Austronesia tersebar luas mulai dari
sebelah barat yaitu Pulau Madagaskar hingga ke sebelah timur yaitu Pulau
Paskah, serta di sebalah utara yaitu Pulau Formosa hingga ke selatan mencapai
New Zealand. Hanya terdapat dua perkecualian kecil yaitu orang asli di Malaysia
pedalaman yang menuturkan bahasa-bahasa rumpun Austroasia dan beberapa suku di
Indonesia bagian timur yang menuturkan bahasa-bahasa Papua. Rumpun Bahasa Austronesia mencakup
bahasa-bahasa yang masih digunakan maupun bahasa yang telah punah.
Bahasa-bahasa yang telah punah tersebut biasanya meninggalkan bukti tertulis
yang menunjukkan tingginya peradaban di masanya. Bahasa-bahasa tersebut antara
lain Bahasa Cham dan Bahasa Jawa Kuna yang keduanya termasuk dalam subkelompok
Bahasa Melayu Polinesia Barat. Bahasa-bahasa yang digunakan pada kebudayaan
kuna tersebut, di dalam studi perkembangan bahasa hanya disebut sebagai old
language bukan sebagai bahasa awal ( proto language ).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERKEMBANGAN
BAHASA SANSKERTA
Bahasa Sanskerta secara Genealogis termasuk dalam rumpun
Bahasa Indo Eropa. Rumpun Bahasa Indo Eropa terdiri atas cabang-cabang Bahasa
Jerman, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Keltik, Gaulis dan Indo Iranika.
Cabang keluarga Bahasa Indo Eropa di Asia yang terbesar adalah kelompok Indo Iranika. Kelompok ini terdiri dari dua subkelompok yaitu Iranika dan Indika ( Indo Arya ). Subkelompok Bahasa Indo Arya dalam perkembangannya secara umum terbagi mejadi tiga periode yaitu, periode kuna (Old Indo Aryan) sekitar + 1500 SM, periode pertengahan (Middle Indo Aryan) sekitar + 500 SM dan terakhir adalah periode modern (Modern Indo Aryan) sekitar + 1000 M. pembagian antar periode tersebut hanya berrsifat perkiraan, sebab keberadaan antar periode pada kenyataannya saling tumpang tindih, bahkan penggunaan bahasa dari periode yang lebih tua tetap dipakai pada periode yang lebih muda. Fase awal dari periode kuna (Old Indo Aryan) terwakili oleh bahasa yang digunakan dalam teks Weda. Weda yang tertua adalah Reg Weda yang merupakan kumpulan mantra-mantra religius. Teks ini diperkirakan berasal dari milenium kedua sebelum masehi. Teks-teks Weda lainnya yang juga berasal dari fase ini antara lain Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda. Tradisi Weda pada tahap selanjutnya menghasilkan karya sastra berbentuk prosa seperti Brahmana dan Upanishad.
Cabang keluarga Bahasa Indo Eropa di Asia yang terbesar adalah kelompok Indo Iranika. Kelompok ini terdiri dari dua subkelompok yaitu Iranika dan Indika ( Indo Arya ). Subkelompok Bahasa Indo Arya dalam perkembangannya secara umum terbagi mejadi tiga periode yaitu, periode kuna (Old Indo Aryan) sekitar + 1500 SM, periode pertengahan (Middle Indo Aryan) sekitar + 500 SM dan terakhir adalah periode modern (Modern Indo Aryan) sekitar + 1000 M. pembagian antar periode tersebut hanya berrsifat perkiraan, sebab keberadaan antar periode pada kenyataannya saling tumpang tindih, bahkan penggunaan bahasa dari periode yang lebih tua tetap dipakai pada periode yang lebih muda. Fase awal dari periode kuna (Old Indo Aryan) terwakili oleh bahasa yang digunakan dalam teks Weda. Weda yang tertua adalah Reg Weda yang merupakan kumpulan mantra-mantra religius. Teks ini diperkirakan berasal dari milenium kedua sebelum masehi. Teks-teks Weda lainnya yang juga berasal dari fase ini antara lain Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda. Tradisi Weda pada tahap selanjutnya menghasilkan karya sastra berbentuk prosa seperti Brahmana dan Upanishad.
Bahasa yang dipakai di dalam
teks-teks Weda merupakan bahasa kesastraan yang dipakai oleh para pendeta.
Bahasa ini dikenal sebagai vaidiki bhasa. Selain itu di luar kesastraan Weda
dikenal Laukiki bhasa yakni bahasa yang dipakai rakyat kebanyakan. Bahasa
masyarakat kebanyakan ini kemudian diperbaiki dan ditata menurut aturan tata
bahasa sehingga bebas dari kata-kata keliru yang biasa muncul. Sehingga juga disebut sebagai sanskerta yakni sesuatu yang sudah
diperbaiki atau dibersihkan. Penamaan dengan istilah bahasa Sanskerta merupakan
penamaan yang tidak didasarkan asal bangsa pemakainya atau letak geografisnya. Ahli tatabahasa yang terkenal dalam
upaya pemurnian kembali bahasa dengan aturan tata bahasa adalah Panini (+ 400
SM). Melalui karyanya yang berjudul Astadhyayi, Bahasa Sanskerta menjadi
dibakukan dan berkembang sejalan dengan peraturan tatabahasa yang telah ia
buat. Dengan adanya aturan tatabahasa yang dibuat Panini tersebut, akibatnya
muncul istilah prakrita bahasa umum, sederhana”. Bahasa Prakrit merupakan
dialek umum yang berkembang secara alami. Karya Panini ini selanjutnya
disempunakan olek Katyayana (+ 300 SM) dan Patanjali (+ 200 SM). Karya Panini ini dapat dianggap
sebagai usaha yang menstabilkan tatabahasa Sanskerta dari karya-karya ahli
tatabahasa sebelumnya seperti Yaska dalam Nirukta dari abad V SM. Panini dalam
upaya standarisasi Bahasa Sanskerta diyakini menggunakan lingua franca dari
daerah barat laut yang digunakan kaum agamawan dan kemudian dipakai pula dalam
bahasa pemerintahan. Bahasa Sanskerta mulai dipakai sebagai bahasa ketatetapan
resmi yakni pada masa dinasti Śaka dari daerah Ujjayinī ( 150 M ).
Bahasa Sanskerta adalah salah satu bahasa Indo-Eropa paling tua yang masih
dikenal dan sejarahnya termasuk yang terpanjang. Bahasa yang bisa menandingi
'usia' bahasa ini dari rumpun bahasa Indo-Eropa hanya bahasa Hitit. Kata Sanskerta, dalam
bahasa Sanskerta Saṃskṛtabhāsa artinya adalah bahasa yang sempurna.
Maksudnya, lawan dari bahasa Prakerta, atau bahasa rakyat.
Bahasa Sanskerta
merupakan sebuah bahasa klasik India, sebuah bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddhisme, dan Jainisme dan salah satu dari 23 bahasa
resmi India. Bahasa ini juga memiliki status yang sama di Nepal. Posisinya dalam
kebudayaan Asia Selatan dan Asia Tenggara mirip dengan posisi bahasa Latin dan Yunani di Eropa. Bahasa
Sanskerta berkembang menjadi banyak bahasa-bahasa modern di anakbenua India. Bahasa ini
muncul dalam bentuk pra-klasik sebagai bahasa Weda.
Yang terkandung dalam kitab Rgveda merupakan fase yang
tertua dan paling arkhais. Teks ini ditarikhkan berasal dari kurang lebih
1700 SM dan bahasa Sanskerta Weda adalah bahasa Indo-Arya yang paling tua ditemui
dan salah satu anggota rumpun bahasa Indo-Eropa yang tertua.
Khazanah sastra Sanskerta mencakup
puisi yang memiliki sebuah tradisi yang kaya, drama dan juga teks-teks ilmiah,
teknis, falsafi, dan agamis. Saat ini bahasa Sanskerta masih tetap dipakai
secara luas sebagai sebuah bahasa seremonial pada upacara-upacara
Hindu dalam bentuk stotra dan mantra. Bahasa Sanskerta yang diucapkan masih dipakai
pada beberapa lembaga tradisional di India dan bahkan ada beberapa
usaha untuk menghidupkan kembali bahasa Sanskerta.
B.
SEJARAH
Kata sifat saṃskṛta-
berarti "berbudaya". Bahasa yang dirujuk sebagai saṃskṛtā
vāk "bahasa yang berbudaya" secara definisi sudah selalu
merupakan bahasa yang "tinggi", dipakai untuk keperluan agama dan
keperluan ilmiah serta bertentangan dengan bahasa yang dipakai oleh rakyat jelata. Bahasa ini juga disebut deva-bhāṣā
yang artinya adalah "bahasa Dewata". Tata bahasa Sanskerta tertua
yang masih lestari ialah karangan Pāṇini dan berjudulkan Aṣṭādhyāyī ("Tata Bahasa
Delapan Bab") yang kurang lebih ditarikh berasal dari abad ke-5 SM. Tata bahasa ini terutama merupakan tata bahasa normatif
atau preskriptif yang terutama mengatur cara pemakaian yang baku dan bukan
deskriptif, meski tata bahasa ini juga memuat bagian-bagian deskriptif terutama
mengenai bentuk-bentuk Weda yang sudah tidak dipakai lagi pada zaman Panini. Bahasa
Sanskerta termasuk cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bersama dengan bahasa Iran, bahasa Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo-Iran dan dengan ini bagian dari kelompok Satem bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang juga mencakup cabang Balto-Slavik.
Ketika istilah bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini
tidaklah dipandang sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa
lainnya, namun terutama sebagai bentuk halus atau berbudaya dalam berbicara.
Pengetahuan akan bahasa Sanskerta merupakan sebuah penanda kelas sosial dan
bahasa ini terutama diajarkan kepada anggota kasta-kasta tinggi, melalui
analisis saksama para tatabahasawan Sanskerta seperti Pāṇini.
Bahasa Sanskerta sebagai bahasa terpelajar di India berada di samping
bahasa-bahasa Prakreta yang merupakan bahasa rakyat dan akhirnya berkembang
menjadi bahasa-bahasa Indo-Arya modern (bahasa Hindi, bahasa Assam, bahasa Urdu, Bengali dan seterusnya). Kebanyakan bahasa Dravida dari India, meski merupakan bagian rumpun bahasa yang
berbeda, mereka sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, terutama dalam bentuk
kata-kata pinjaman. Bahasa Kannada, Telugu dan Malayalam memiliki jumlah kata pungut yang terbesar sementara bahasa Tamil memiliki yang terendah. Pengaruh bahasa Sanskerta pada
bahasa-bahasa ini dikenali dengan wacana Tat Sama ("sama") dan Tat
Bhava ("berakar"). Sementara itu bahasa Sanskerta sendiri juga
mendapatkan pengaruh substratum bahasa Dravida sejak masa sangat awal.
C. BAHASA WEDA
Bahasa Sanskerta Weda atau disingkat sebagai bahasa Weda adalah bahasa yang
dipergunakan di dalam kitab suci Weda, teks-teks suci awal dari India. Teks Weda yang paling awal yaitu Ṛgweda, diperkirakan ditulis pada milennium ke-2 SM, dan penggunaan bahasa Weda dilaksanakan sampai kurang
lebih tahun 500 SM, ketika bahasa Sanskerta Klasik
yang dikodifikasikan Panini mulai muncul. Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah
sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih
1.500 tahun) dari bahasa
Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang
direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan
dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa
yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris bisa dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother
/Skt. मतृ matṛ atau Ing. father
/Skt. पितृ pitṛ.
D. PENELITIAN OLEH BANGSA EROPA
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones.
Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat. Sir William Jones, pada
kesempatan berceramah kepada Asiatick Society
of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
"The Sanskrit language whatever be
its antiquity, is of a wonderful structure; more perfect than the Greek, more
copious than the Latin, and more exquisitely refined than either, yet bearing to both of
them a stronger affinity, both in the roots of verbs and in the forms of
grammar, than could possibly have been produced by accident; so strong, indeed,
that no philologer could examine them all three, without believing them to have
sprung from some common source, which, perhaps, no longer exists."
Artinya:
"Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki
struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas
daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, namun
memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar
kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya
secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini, sehingga tak ada seorang ahli
bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari
sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada."
Memang ilmu linguistik (bersama dengan fonologi, dsb.) pertama kali muncul di antara para tatabahasawan India
kuna yang berusaha menetapkan hukum-hukum bahasa Sanskerta. Ilmu linguistik
modern banyak berhutang kepada mereka dan saat ini banyak istilah-istilah kunci
seperti bahuvrihi dan suarabakti diambil dari bahasa Sanskerta.
E. BAHASA SANSKERTA DALAM BEBERAPA AKSARA
Kalimat "Semoga Batara Siwa meraksa para penggemar bahasa Dewata. (Kalidasa)" dalam bahasa
Sanskerta menggunakan beberapa aksara turunan Brahmi.
F.
DIAGRAM PERKEMBANGAN BAHASA SANSKERTA DI DUNIA
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahasa Sanskerta merupakan bahasa merupakan bahasa
yang dipakai dalam teks-teks weda dan juga bahasa kesastraan yang dipakai para pendeta. Kata Sanskerta, dalam
bahasa Sanskerta Saṃskṛtabhāsa artinya adalah bahasa yang sempurna.
Dengan adanya aturan tatabahasa yang
dibuat Panini tersebut, akibatnya muncul istilah prakrita bahasa umum,
sederhana”. Bahasa Prakrit merupakan dialek umum yang berkembang secara alami.
Karya Panini ini selanjutnya disempunakan olek Katyayana (+ 300 SM) dan
Patanjali (+ 200 SM). Karya Panini ini dapat dianggap sebagai usaha yang
menstabilkan tatabahasa Sanskerta dari karya-karya ahli tatabahasa sebelumnya
seperti Yaska dalam Nirukta dari abad V SM. Panini dalam upaya standarisasi
Bahasa Sanskerta diyakini menggunakan lingua franca dari daerah barat laut yang
digunakan kaum agamawan dan kemudian dipakai pula dalam bahasa pemerintahan.
Bahasa Sanskerta mulai dipakai sebagai bahasa ketatetapan resmi yakni pada masa
dinasti Śaka dari daerah Ujjayinī ( 150 M ).
Saran-Saran
Bahasa sebagai alat komunikasi antar sesama manusia
dan juga sebagai media untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan.
Macam-macam bahasa ada di berbagai belahan dunia misalnya, bahasa sanskerta
yang merupakan bahasa pertama di dunia, bahasa Sanskerta dipakai dalam
teks-teks pada Weda yang patut kita ketahui dan dipelajari. Kita sebagai
sebagai orang Hindu yang memilki kitab suci Weda, setidaknya kita tahu bahasa
Sanskerta karena, dalam Weda bahasa yang dipakai adalah bahasa Sanskerta. Mau
tidak mau kita harus mempelajari bahasa Sanskerta.
Daftar Pustaka
1. Keraf, Gorys, 1995, Lingusitik
Bandingan Historis, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.
2. Bloomfield, Leonard, Language, diindonesiakan
oleh I.Sutikno, 1995, Bahasa, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
3. Embree, Ainslie T. (ed. ), 1988,
Encyclopaedia of Asian History, volume 2, Charles Scribner’s Sons.
4. Basham, A.L, 1988, The Wonder That
Was India, London: Sidgwick and Jackson.
5. Sharma, Mukunda Madhava, 1985,
Unsur-Unsur Bahasa Sanskerta Dalam Bahasa Indonesia, Denpasar : Wyāsa
Sanggraha.
6. Nothofer, Bernd, 1975, The
Reconstruction of Proto Malayo Javanic, s’Gravenhage : Martinus Nijhoff.
7. Zoetmulder, P.J, 1994, Kalangwan A
Survey of Old Javanese Literature, diindonesiakan oleh Dick Hartoko, Kalangwan Sastra
Jawa Kuno Selayang Pandang, Jakarta : Penerbit Djambatan.
8. Damais, Louis Charles, 1995 Epigrafi
dan Sejarah Nusantara, Pilihan Karangan Louis Charles Damais,
Jakarta : EFEO.
9.
Bellwood, Peter, 2000, Prehistory of The Indo Malaysian
Archipelago.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar