Sabtu, 20 September 2014

Perkembangan Bahasa Sanskerta (tugas mata kuliah sanskerta)


BAB I
PENDAHULUAN

Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi"), dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 milyar jiwa. Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap). Secara etimilogi dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Regweda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu.
Pengaruh India diindikasikan mulai menyebar di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia antara abad II hingga III Masehi. Penyebaran ini diperkirakan melalui perdagangan laut. Kurun waktu tersebut bersamaan dengan dikenalnya teknologi transportasi laut, akibatnya pengaruh India mulai menyebar di wilayah persinggahannya yang kemudian menjadi dasar pokok dalam pendirian kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah Asia Tenggara. Pengaruh India yang berupa ajaran agama Hindu-Budha masuk ke wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan dibawa oleh guru-guru agama atau penduduk asli yang kembali ke negeri aslanya setelah lama bermukim di India. Para guru agama dan kaum terpelajar tersebut diperkirakan sebagai orang-orang yang mengenalkan Bahasa Sanskerta ke dalam rumpun Bahasa Austronesia yang termasuk di dalamnya Bahasa Jawa Kuna. Rumpun Bahasa Austronesia yang juga disebut sebagai Melayu Polinesia mencakup bahasa-bahasa di wilayah Indonesia, Melanesia dan Polinesia. Penutur bahasa-bahasa Austronesia tersebar luas mulai dari sebelah barat yaitu Pulau Madagaskar hingga ke sebelah timur yaitu Pulau Paskah, serta di sebalah utara yaitu Pulau Formosa hingga ke selatan mencapai New Zealand. Hanya terdapat dua perkecualian kecil yaitu orang asli di Malaysia pedalaman yang menuturkan bahasa-bahasa rumpun Austroasia dan beberapa suku di Indonesia bagian timur yang menuturkan bahasa-bahasa Papua. Rumpun Bahasa Austronesia mencakup bahasa-bahasa yang masih digunakan maupun bahasa yang telah punah. Bahasa-bahasa yang telah punah tersebut biasanya meninggalkan bukti tertulis yang menunjukkan tingginya peradaban di masanya. Bahasa-bahasa tersebut antara lain Bahasa Cham dan Bahasa Jawa Kuna yang keduanya termasuk dalam subkelompok Bahasa Melayu Polinesia Barat. Bahasa-bahasa yang digunakan pada kebudayaan kuna tersebut, di dalam studi perkembangan bahasa hanya disebut sebagai old language bukan sebagai bahasa awal ( proto language ).





BAB II
PEMBAHASAN

A.      PERKEMBANGAN BAHASA SANSKERTA
Bahasa Sanskerta secara Genealogis termasuk dalam rumpun Bahasa Indo Eropa. Rumpun Bahasa Indo Eropa terdiri atas cabang-cabang Bahasa Jerman, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Keltik, Gaulis dan Indo Iranika.
Cabang keluarga Bahasa Indo Eropa di Asia yang terbesar adalah kelompok Indo Iranika. Kelompok ini terdiri dari dua subkelompok yaitu Iranika dan Indika ( Indo Arya ). Subkelompok Bahasa Indo Arya dalam perkembangannya sec
ara umum terbagi mejadi tiga periode yaitu, periode kuna (Old Indo Aryan) sekitar + 1500 SM, periode pertengahan (Middle Indo Aryan) sekitar + 500 SM dan terakhir adalah periode modern (Modern Indo Aryan) sekitar + 1000 M. pembagian antar periode tersebut hanya berrsifat perkiraan, sebab keberadaan antar periode pada kenyataannya saling tumpang tindih, bahkan penggunaan bahasa dari periode yang lebih tua tetap dipakai pada periode yang lebih muda. Fase awal dari periode kuna (Old Indo Aryan) terwakili oleh bahasa yang digunakan dalam teks Weda. Weda yang tertua adalah Reg Weda yang merupakan kumpulan mantra-mantra religius. Teks ini diperkirakan berasal dari milenium kedua sebelum masehi. Teks-teks Weda lainnya yang juga berasal dari fase ini antara lain Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda. Tradisi Weda pada tahap selanjutnya menghasilkan karya sastra berbentuk prosa seperti Brahmana dan Upanishad.
Bahasa yang dipakai di dalam teks-teks Weda merupakan bahasa kesastraan yang dipakai oleh para pendeta. Bahasa ini dikenal sebagai vaidiki bhasa. Selain itu di luar kesastraan Weda dikenal Laukiki bhasa yakni bahasa yang dipakai rakyat kebanyakan. Bahasa masyarakat kebanyakan ini kemudian diperbaiki dan ditata menurut aturan tata bahasa sehingga bebas dari kata-kata keliru yang biasa muncul. Sehingga juga disebut sebagai sanskerta yakni sesuatu yang sudah diperbaiki atau dibersihkan. Penamaan dengan istilah bahasa Sanskerta merupakan penamaan yang tidak didasarkan asal bangsa pemakainya atau letak geografisnya. Ahli tatabahasa yang terkenal dalam upaya pemurnian kembali bahasa dengan aturan tata bahasa adalah Panini (+ 400 SM). Melalui karyanya yang berjudul Astadhyayi, Bahasa Sanskerta menjadi dibakukan dan berkembang sejalan dengan peraturan tatabahasa yang telah ia buat. Dengan adanya aturan tatabahasa yang dibuat Panini tersebut, akibatnya muncul istilah prakrita bahasa umum, sederhana”. Bahasa Prakrit merupakan dialek umum yang berkembang secara alami. Karya Panini ini selanjutnya disempunakan olek Katyayana (+ 300 SM) dan Patanjali (+ 200 SM). Karya Panini ini dapat dianggap sebagai usaha yang menstabilkan tatabahasa Sanskerta dari karya-karya ahli tatabahasa sebelumnya seperti Yaska dalam Nirukta dari abad V SM. Panini dalam upaya standarisasi Bahasa Sanskerta diyakini menggunakan lingua franca dari daerah barat laut yang digunakan kaum agamawan dan kemudian dipakai pula dalam bahasa pemerintahan. Bahasa Sanskerta mulai dipakai sebagai bahasa ketatetapan resmi yakni pada masa dinasti Śaka dari daerah Ujjayinī ( 150 M ).
Bahasa Sanskerta adalah salah satu bahasa Indo-Eropa paling tua yang masih dikenal dan sejarahnya termasuk yang terpanjang. Bahasa yang bisa menandingi 'usia' bahasa ini dari rumpun bahasa Indo-Eropa hanya bahasa Hitit. Kata Sanskerta, dalam bahasa Sanskerta Saṃskṛtabhāsa artinya adalah bahasa yang sempurna. Maksudnya, lawan dari bahasa Prakerta, atau bahasa rakyat. Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, sebuah bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddhisme, dan Jainisme dan salah satu dari 23 bahasa resmi India. Bahasa ini juga memiliki status yang sama di Nepal. Posisinya dalam kebudayaan Asia Selatan dan Asia Tenggara mirip dengan posisi bahasa Latin dan Yunani di Eropa. Bahasa Sanskerta berkembang menjadi banyak bahasa-bahasa modern di anakbenua India. Bahasa ini muncul dalam bentuk pra-klasik sebagai bahasa Weda. Yang terkandung dalam kitab Rgveda merupakan fase yang tertua dan paling arkhais. Teks ini ditarikhkan berasal dari kurang lebih 1700 SM dan bahasa Sanskerta Weda adalah bahasa Indo-Arya yang paling tua ditemui dan salah satu anggota rumpun bahasa Indo-Eropa yang tertua. Khazanah sastra Sanskerta mencakup puisi yang memiliki sebuah tradisi yang kaya, drama dan juga teks-teks ilmiah, teknis, falsafi, dan agamis. Saat ini bahasa Sanskerta masih tetap dipakai secara luas sebagai sebuah bahasa seremonial pada upacara-upacara Hindu dalam bentuk stotra dan mantra. Bahasa Sanskerta yang diucapkan masih dipakai pada beberapa lembaga tradisional di India dan bahkan ada beberapa usaha untuk menghidupkan kembali bahasa Sanskerta.
B.       SEJARAH
Kata sifat saṃskṛta- berarti "berbudaya". Bahasa yang dirujuk sebagai saṃskṛtā vāk "bahasa yang berbudaya" secara definisi sudah selalu merupakan bahasa yang "tinggi", dipakai untuk keperluan agama dan keperluan ilmiah serta bertentangan dengan bahasa yang dipakai oleh rakyat jelata. Bahasa ini juga disebut deva-bhāā yang artinya adalah "bahasa Dewata". Tata bahasa Sanskerta tertua yang masih lestari ialah karangan Pāṇini dan berjudulkan Aṣṭādhyāyī ("Tata Bahasa Delapan Bab") yang kurang lebih ditarikh berasal dari abad ke-5 SM. Tata bahasa ini terutama merupakan tata bahasa normatif atau preskriptif yang terutama mengatur cara pemakaian yang baku dan bukan deskriptif, meski tata bahasa ini juga memuat bagian-bagian deskriptif terutama mengenai bentuk-bentuk Weda yang sudah tidak dipakai lagi pada zaman Panini. Bahasa Sanskerta termasuk cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bersama dengan bahasa Iran, bahasa Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo-Iran dan dengan ini bagian dari kelompok Satem bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang juga mencakup cabang Balto-Slavik.
Ketika istilah bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini tidaklah dipandang sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya, namun terutama sebagai bentuk halus atau berbudaya dalam berbicara. Pengetahuan akan bahasa Sanskerta merupakan sebuah penanda kelas sosial dan bahasa ini terutama diajarkan kepada anggota kasta-kasta tinggi, melalui analisis saksama para tatabahasawan Sanskerta seperti Pāṇini. Bahasa Sanskerta sebagai bahasa terpelajar di India berada di samping bahasa-bahasa Prakreta yang merupakan bahasa rakyat dan akhirnya berkembang menjadi bahasa-bahasa Indo-Arya modern (bahasa Hindi, bahasa Assam, bahasa Urdu, Bengali dan seterusnya). Kebanyakan bahasa Dravida dari India, meski merupakan bagian rumpun bahasa yang berbeda, mereka sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, terutama dalam bentuk kata-kata pinjaman. Bahasa Kannada, Telugu dan Malayalam memiliki jumlah kata pungut yang terbesar sementara bahasa Tamil memiliki yang terendah. Pengaruh bahasa Sanskerta pada bahasa-bahasa ini dikenali dengan wacana Tat Sama ("sama") dan Tat Bhava ("berakar"). Sementara itu bahasa Sanskerta sendiri juga mendapatkan pengaruh substratum bahasa Dravida sejak masa sangat awal.

C.       BAHASA WEDA

Bahasa Sanskerta Weda atau disingkat sebagai bahasa Weda adalah bahasa yang dipergunakan di dalam kitab suci Weda, teks-teks suci awal dari India. Teks Weda yang paling awal yaitu Ṛgweda, diperkirakan ditulis pada milennium ke-2 SM, dan penggunaan bahasa Weda dilaksanakan sampai kurang lebih tahun 500 SM, ketika bahasa Sanskerta Klasik yang dikodifikasikan Panini mulai muncul. Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih 1.500 tahun) dari bahasa Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris bisa dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother /Skt. मतृ matṛ atau Ing. father /Skt. पितृ pitṛ.

D.      PENELITIAN OLEH BANGSA EROPA

Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat. Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
"The Sanskrit language whatever be its antiquity, is of a wonderful structure; more perfect than the Greek, more copious than the Latin, and more exquisitely refined than either, yet bearing to both of them a stronger affinity, both in the roots of verbs and in the forms of grammar, than could possibly have been produced by accident; so strong, indeed, that no philologer could examine them all three, without believing them to have sprung from some common source, which, perhaps, no longer exists."
Artinya:
"Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, namun memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini, sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada." 
Memang ilmu linguistik (bersama dengan fonologi, dsb.) pertama kali muncul di antara para tatabahasawan India kuna yang berusaha menetapkan hukum-hukum bahasa Sanskerta. Ilmu linguistik modern banyak berhutang kepada mereka dan saat ini banyak istilah-istilah kunci seperti bahuvrihi dan suarabakti diambil dari bahasa Sanskerta.

E.       BAHASA SANSKERTA DALAM BEBERAPA AKSARA


Kalimat "Semoga Batara Siwa meraksa para penggemar bahasa Dewata. (Kalidasa)" dalam bahasa Sanskerta menggunakan beberapa aksara turunan Brahmi.





F.        DIAGRAM PERKEMBANGAN BAHASA SANSKERTA DI DUNIA




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bahasa Sanskerta merupakan bahasa merupakan bahasa yang dipakai dalam teks-teks weda dan juga bahasa kesastraan yang dipakai  para pendeta. Kata Sanskerta, dalam bahasa Sanskerta Saṃskṛtabhāsa artinya adalah bahasa yang sempurna. Dengan adanya aturan tatabahasa yang dibuat Panini tersebut, akibatnya muncul istilah prakrita bahasa umum, sederhana”. Bahasa Prakrit merupakan dialek umum yang berkembang secara alami. Karya Panini ini selanjutnya disempunakan olek Katyayana (+ 300 SM) dan Patanjali (+ 200 SM). Karya Panini ini dapat dianggap sebagai usaha yang menstabilkan tatabahasa Sanskerta dari karya-karya ahli tatabahasa sebelumnya seperti Yaska dalam Nirukta dari abad V SM. Panini dalam upaya standarisasi Bahasa Sanskerta diyakini menggunakan lingua franca dari daerah barat laut yang digunakan kaum agamawan dan kemudian dipakai pula dalam bahasa pemerintahan. Bahasa Sanskerta mulai dipakai sebagai bahasa ketatetapan resmi yakni pada masa dinasti Śaka dari daerah Ujjayinī ( 150 M ).
Saran-Saran
Bahasa sebagai alat komunikasi antar sesama manusia dan juga sebagai media untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan. Macam-macam bahasa ada di berbagai belahan dunia misalnya, bahasa sanskerta yang merupakan bahasa pertama di dunia, bahasa Sanskerta dipakai dalam teks-teks pada Weda yang patut kita ketahui dan dipelajari. Kita sebagai sebagai orang Hindu yang memilki kitab suci Weda, setidaknya kita tahu bahasa Sanskerta karena, dalam Weda bahasa yang dipakai adalah bahasa Sanskerta. Mau tidak mau kita harus mempelajari bahasa Sanskerta.
Daftar Pustaka

1.      Keraf, Gorys, 1995, Lingusitik Bandingan Historis, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.
2.      Bloomfield, Leonard, Language, diindonesiakan oleh I.Sutikno, 1995, Bahasa, Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
3.      Embree, Ainslie T. (ed. ), 1988, Encyclopaedia of Asian History, volume 2, Charles Scribner’s Sons.
4.      Basham, A.L, 1988, The Wonder That Was India, London: Sidgwick and Jackson.
5.      Sharma, Mukunda Madhava, 1985, Unsur-Unsur Bahasa Sanskerta Dalam Bahasa Indonesia, Denpasar : Wyāsa Sanggraha.
6.      Nothofer, Bernd, 1975, The Reconstruction of Proto Malayo Javanic, s’Gravenhage : Martinus Nijhoff.
7.      Zoetmulder, P.J, 1994, Kalangwan A Survey of Old Javanese Literature, diindonesiakan oleh Dick Hartoko, Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, Jakarta : Penerbit Djambatan.
8.      Damais, Louis Charles, 1995 Epigrafi dan Sejarah Nusantara, Pilihan Karangan Louis Charles Damais, Jakarta : EFEO.
9.      Bellwood, Peter, 2000, Prehistory of The Indo Malaysian Archipelago.
 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar