Sabtu, 20 September 2014

Mengatasi Kekecewaan Dalam Hidup


MENGATASI KEKECEWAAN DALAM HIDUP.
oleh I Ketut Wiana.
Dirundung suka dan duka dalam hidup di dunia ini sudah merupakan suatu kodrat. Kodrat itu timbul karena adanya hokum Rwa Bhineda yang diciptakan Tuhan. Semua ciptaan Tuhan tidak ada yang bebas dari hukum Rwa Bhineda, artinya tidak ada yang sempurna. Hanya Tuhan yang Mahasempurna. Semua ciptaan Tuhan memilki kelebihan dan kekurangan. Karena itu setiap orang yang lahir ke dunia ini akan mengalami dinamika suka dan duka. Karena itu dalam Bhagavadgita XIII,8, disebutkan, salah satu dari enam kelemahan manusia yang lahir kedunia ini adalah duhka (duka). Keenam kelemahan tersebut hendaknya selalu direnungkan dalam hidup sehari-hari agar kelemahan dapat dikurangi dampak negatifnya pada kehidupan manusia. Kelemahan yang lain sebagai makhluk hidup, manusia pasti akan mati. Dalam bhagavadgita tersebut dinyatakan dengan istilah Janma dan Mrtyu. Janma artinya lahir dan Mrtyu artinya mati. Karena pasti akan mati, maka sebelum mati, hidup ini hendaknya diisi dengan kehidupan yang benar dan baik agar jangan waktu hidup disia-siakan.
Tiga kelemahan yang lainnya adalah Vyadhi (maksudnya manusia bisa sakit), Jara (umur tua renta) dan dosa, maksudnya manusia dalam hidupnya ini selalu diintai oleh perbuatan dosa. Itulah enam kelemahan manusia yang harus selalu direnungkan agar kita menjadi waspada dalam hidup. Merenungkan duka, agar dampak yang ditimbulkan oleh duka itu tidak sampai menjerumuskan manusia kedalam kehidupan yang semakin terpuruk ke lembah dosa. Duka seperti rasa kecewa hendaknya selalu dijadikan perhitungan dalam setiap bertindak. Setiap langkah yang dilakukan sudah dapat dipastikan menimbulkan dua akibat yaitu berhasil sesuai dengan yang diharapkan atau gagal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dua akibat itu sudah dapat dipastikan. Karena itu tiap orang hendaknya menyiapkan diri untuk memahami dan menghadapi dua akibat tersebut. Sukses dan gagal itu juga kena pengaruh hukum Rwa Bhineda. Secara umum sukses itu akan member dampak yang positif pada kehidupan karena sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun kalau keberhasilan itu tidak dipahami dengan benar, keberhasilan itu dapat juga menimbulkan dampak negatif. Sebagai contoh, ada seorang pegusaha sukses mengembangkan bisnisnya sampai ia menjadi orang kaya. Ia punya simpanan duit milyaran rupiah. Di manapun ia bicara, keberhasilannya itu selalu ditonjolkan. Sampai-sampai ia menanyakan umur bawahannya yang lebih muda. Setelah bawahannya menyebutkan umurnya, sang pengusaha pun dengan sombongnya menyebutkan bahwa ia pada umur sekian itu sudah mampu beli mobil mewah dengan harga mahal. Di manapun ia pidato selalu menonjolkan dirinya dengan menyebut-nyebut jumlah kekeyaan yang dimilki disertai ejekan pada bawahannya yang tidak kaya. Karena itu banyak pihak lingkungan sosialnya menjadi tidak senang dengan penampilannya yang sombong itu.
Contoh orang yang sombong karena keberhasilannya itu banyak sekali kita jumpai dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak orang sukses sampai kehilangan diri karena kesuksesannya itu. Di sinilah diperlukan suatu penanaman sikap keagamaan yang pada intinya untuk lebih menanamkan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Di luar diri kita Tuhanlah yang paling kuasa. Tanpa seizing Tuhan tidak dapat mudah mencapai sesuatu sukses. Demikian juga peran keluarga, lingkungan social dan lingkungan alam sangat besar artinya bagi keberhasilan seseorang dalam hidup ini. Kalau hal ini dapat dipahami  maka sifat sombong itu pasti dapat diredam.
Berbeda halnya dengan kegagalan yang dapat menimbulkan kekecewaan. Kegagalan itu umumnya sangat tidak diharapkan oleh tiap orang yang normal dalam hidup ini. Meskipun kegagalan itu tidak diharapkan, kadang-kadang ia datang sebagai suatu kenyataan hidup yang harus kita hadapi. Kalau kegagalan di atas dengan pemahaman yang benar dan baik, maka kegagalan itu awal dari suatu kesuksesan. Namun kalau ia tidak dipahami dengan baik banyak orang justru semakin hancur karena kegagalan itu. Ia bisa mengamuk, frustrasi, rendah diri, hilangnya semangat hidup, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Kesuksesan dan kegagalan itu sesungguhnya buah dari pada karma yang pernah kita lakukan baik pada masa sebelumnya ataupun masa kini bahkan juga pada masa penjelmaan yang lampau. Kapan dan bagaimana wujud pahala dari perbuatan kita itu hokum Tuhanlah yang menentukan. Kegagalan yang kita jumpai dalam perjuangan hidup ini kemungkinan disebabkan karena perbuatan yang kita lakukan belum memenuhi syarat untuk mendatangkan sukses. Karena itu sebaiknya tidak buru-buru mencari penyebab kegagalan di luar diri kita. Kecewa karena gagal itu memang sangat manusiawi. Namun penyebab kekecewaan itu hendak dicari terlebih dahulu pada diri kita, jangan terlalu cepat mencari penyebabnya pada diri orang lain. Yakinlah tanpa ada kekurangan pada diri kita Tuhan tidak akan mengizinkan kekuatan luar membuat diri kita gagal.
Kalau pemahaman dan perbuatan kita pada hidup ini sudah berada pada jalur dharma, Tuhan pasti melindungi dan mengantarkan pada keberhasilan. Karena itu, kalau kita gagal mencapai sesuatu janganlah membangkitkan rasa dendam pada pihak luar. Masih ada hari-hari berikutnya untuk meraih kesuksesan bahkan mungkin dalam penjelmaan berikutnya. Dengan demikian, kita tidak perlu kecewa. Lebih-lebih dalam perjuangan politik sangat bahaya sekali mendekatinya dengan gejolak emosional yang berlebihan. Pergulatan politik hendaknya lebih menonjolkan pendekatan dengan pertimbangan yang rasional. Kemenangan dalam pergolakan politik itu sesungguhnya ada pada keberhasilan meletakkan pergulatan politik pada norma politik yang telah diberlakukan. Sepanjang norma tersebut dijadikan dasar pedoman, itulah suatu kemenangan bersama. Artinya kalau proses demokrasi yang berdasarkan hokum dapat bergulir dengan baik itulah kemenangan. Karena itu, semestinya tidak ada yang patut dikecewakan sampai menimbulkan frustrasi yang dapat mengganggu jiwa.*   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar